Butuh waktu setahun bagi tim peneliti untuk mendaftarkan Saman dari Gayo masuk dalam warisan budaya tak benda dunia oleh Unesco.
Penelitian dilakukan sepanjang September 2010 dan setahun kemudian pada 24 November 2011, Saman disahkan sebagai warisan budaya tak benda dunia oleh Unesco.
Hal itu disampaikan Juru tulis tim peneliti Saman asal Australia, Gaura Mancacarita, yang sudah menjadi warga negara Indonesia, pada Senin (18/7/2022) di Jakarta.
Menurut Gaura, Saman semakin maju setelah masuk Unesco. Transmisinya berjalan. Saman diajarkan di sekolah.
“Nah, nanti dipindahkan Saman dari daftar dengan perlindungan mendesak ke kategori refresentatif. Itu cita-cita kita,” katanya.
Lantas Kenapa Saman yang diusulkan dalam daftar warisan budaya tak benda Unesco pada 2010?
Ternyata itu dimaksudkan untuk mengimbangi usulan sebelumnya yang didominasi dari Jawa.
“Selama ini kan yang diajukan ke Unesco, batik, wayang, keris, itu kan Jawa semua,” ujar Gaura.
Iklan untuk Anda: Warga Sumatera Utara Yang Sakit Lutut dan Pinggul Wajib Membaca Ini!
Advertisement by
“Lalu kita gagas bagaimana kalau dari luar Jawa. Maka ketemulah dengan Saman. Kita gagas bersama. Aceh itu kan istimewa, demikian juga dengan Gayo Lues,” sebut Gaura.
Gaura selanjutnya menyatakan setuju dengan rencana pembangunan Saman Centre di Gayo Lues.
Baca juga: Pemerintah Pusat Diminta Bangun Museum Saman di Gayo Lues
Tidak hanya itu, Gaura juga menyarankan agar Saman dijadikan sebagai bahan ajar di sekolah, bukan hanya di Gayo Lues melainkan seluruh sekolah di Indonesia.
“Untuk Aceh barangkali bisa dibuatkan peraturan daerah atau qanun bahwa Saman itu wajib dipelajari di Gayo Lues maupun di daerah lain,” katanya.
Dengan demikian nilai-nilai Saman bisa ditransmisikan ke generasi penerus.
“Itu bukan berarti semua orang bisa jadi pemain Saman. Tapi paling tidak sebagai apresiasi, sehingga budaya Saman itu akan hidup dan berkembang,” ujar Gaura.
Gaura adalah anggota tim peneliti ketika Saman diusulkan sebagai warisan budaya tak benda dunia oleh Unesco.
Baca juga: Saman Gayo 11 Tahun Jadi Warisan Budaya Dunia, Kini Terancam Punah, Pemerintah Butuh Langkah Khusus
“Saya juru tulis, tim peneliti, mengkomunikasikan aspirasi dari komunitas Saman kepada Unesco dengan bahasa mereka,” kata Gaura.
Ia menceritakan, masuknya Saman sebagai warisan budaya tak benda dunia oleh Unesco sebetulnya digagas oleh seorang tokoh dari Aceh, Rusman Musa yang ketika itu pejabat di Kantor Menko Kesra.
“Saya diajak, lalu kita kerjakan penelitiannya. Saya bolak balik ke Gayo Lues dan Aceh melakukan penelitian,” kenangnya.
Penelitian dilakukan sepanjang September 2010 dan setahun kemudian pada 24 November 2011, Saman disahkan sebagai warisan budaya tak benda dunia oleh Unesco.
Gaura menceritakan, ketika itu Bupati Gayo Lues dijabat Ibnu Hasim, dan sangat mendukung penelitian tersebut.
“Kita kerjakan, penelitiannya, lalu kirim ke Unesco, akhirnya berhasil,” katanya.
Baca juga: Musara Gayo Kembali Gelar Dialog dan Pertunjukan Warisan Budaya Tak Benda dari Gayo di Jakarta
Sebelas tahun setelah Saman ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Unesco, Gaura menyebutkan Saman makin maju dan berkembang.
Iklan untuk Anda: Warga Sumatera Utara Yang Sakit Lutut dan Pinggul Wajib Membaca Ini!
Advertisement by
“Perjuangan kita sekarang adalah mengeluarkan Saman dari status ‘perlunya perlindungan mendesak” ke kategori “refresentatif,” ujar Gaura.
Gaura mengaku terpesona dengan Gayo Lues dan Aceh secara keseluruhan. Hutannya, gunung dan bukit sangat indah.
Kalau ada kesempatan ia ingin kembali ke Gayo Lues.
“Saya sudah berkali-kali ke Gayo Lues, tapi tetao ingin kembali ke sana,” katanya dalam bahasa Indonesia yang fasih.
Baca juga: Baju Mesikhat Gayo-Alas Diminati Kaum Wanita dan Pria, Ini Modelnya
Gaura kini menjadi warga negara Indonesia. Ia sebelumnya berasal dari Australia dan banyak membantu pengembangan kebudayaan Indonesia.
Source : Tribugayo.com
Sanggar Rempelis Gayo